Assalamu'alaikum wr wb
Selamat pagi, siang, dan sore untuk para pembaca :D
Kali ini saya ingin menulis cerita pendek(cerpen), ya.... walaupun agak sedikit mirip dengan salah satu anime romance. Kenapa mirip ? Karena memang referensi saya dari situ dan saya suka dengan ceritanya hehe ^-^v
Yuk simak ceritanya~
oleh : Yanggi Yulianto
genre : romance, slice of life, musical
Kesenangan dan Kesedihan
Namaku Souma
Koutaro, aku salah satu murid SMA Saozuki, SMA Saozuki salah satu sekolah
terkenal di kotaku. Aku biasa berangkat sekolah bersama temanku yang bernama Yuki
Dunois, ia merupakan teman semasa kecilku hingga sekarang, aku dan Yuki dari SD
satu sekolah hingga SMA ini. Yuki adalah gadis cantik di sekolahku, ia memiliki
rambut yang panjang, badan yang tinggi, dan memiliki warna kulit yang indah. Ia
juga salah satu murid yang banyak memiliki bakat, banyak laki-laki yang ingin
menjadi temannya. Tiba-tiba ada suara laki-laki yang berteriak dari
persimpangan jalan
“oy…
Souma”
“yo… Soni”
Namanya Soni Yondo, dia temanku yang sangat
hebat dalam bidang olahraga, dia juga salah satu incaran para wanita di
sekolahku.
Sampai disekolah aku mengikuti upacara
pembukaan tahun ajaran baru, acaranya pun dimulai aku diam sambil mendengarkan
pidato dari Kepala Sekolah, dan Ketua OSIS. Setelah selesai upacara aku kembali
ke kelas, Bapak Guru masuk ke kelasku dan memperkenalkan murid pindahan, aku
melihat kedepan kelas dan memerhatikan murid pindahan tersebut. Dan dia memulai
perkenalan
“Halo semuanya, namaku Airi Ken, aku baru saja
pindah dari Inggris, aku dan orang tuaku pindah ke Jepang. Mulai sekarang mohon
kerja samanya ya”
Aku tercengang melihat ia tersenyum, aku tidak
bisa berhenti menatap wajahnya yang begitu cantik, kelas yang tadinya sunyi
tiba-tiba menjadi ramai ketika Airi selesai memperkanalkan dirinya. Di sebelah
kananku masih ada bangku yang kosong, dan Pak Guru menunjukan tempat ia untuk
duduk sambil berbicara
“Souma tolong ya kerja samanya dengan Airi” dan
akupun menjawab
“Baik Pak”
Tidak lama Pak Guru pun langsung menkondusifkan
keadaan kelas, dan mulailah pelajaran di kelas.
Jam
istirahat telah tiba, aku mengambil bekal dari kolong mejaku dan tiba-tiba Airi
mendekatiku dan dia berbicara
“Souma, maukah kamu sepulang sekolah
mengelilingi area sekolah ini?” aku dengan gugup menjawab
“eee…iya boleh kok, nanti kalo tidak ada acara
ya” dan dengan perasaan senang Airi membalas
“Terima Kasih Souma”
“ya sama-sama”
Lalu
aku memakan bekal yang tadi aku bawa dari rumah, selesai makan aku pergi ke
Taman Sekolah dan aku melihat ada kursi di Taman lalu aku duduk disana, sambil
memandangi awan yang sangat indah. Terlintas dalam pikiran ku untuk membuat
game sepertinya aku tidak akan bisa membuat game, ucapku dalam pikiran sambil
tertawa kecil. Beberapa saat kemudian Yuki mendatangiku dan ia membawa sesuatu
di tangannya. Yuki duduk disampingku dan membuka bungkusan yang ia bawa, sesuai
dengan pikiranku, ia membawa cemilan. Aku memakan cemilan yang dibawa Yuki, dan
terjadilah pembicaraan
“wah.. enak sekali Yuki cemilannya, kamu beli
apa buat ?” dan Yuki menjawab
“benarkah ? hhmm aku buat tadi sebelum berangkat
sekolah, pas mendengar kamu bilang cemilan yang aku buat itu enak. Aku jadi
malu”
“iya enak kok, kamu belum cobain emangnya?”
“belum, aku tidak sempat mencicipinya”
“ya sudah nih cobain, bilang Aaa…..” aku sambil
menyodorkan tanganku yang sedang memegangi cemilan tersebut
“Aaa….” Akhirnya Yuki memakan cemilan yang ia
buat, lalu aku bertanya
“gimana ? Enakan rasanya ?”
“heeh iya, aku pikir rasanya pasti tidak bakalan
enak tau nya ini sangat enak. Besok mau aku buatkan lagi Souma?” dia
menawarkanku sambil tersenyum
“eh jgn ! nanti aku ngerepotin kamu lagi”
“enggak kok, lagian sekalian aku belajar masak”
“ok makasih ya, aku tunggu bsk”
“nee Souma, bagaimana pendapatmu tentang Airi ?” (Nee seperti hai)
“Aku ingin mengenal lebih jauh Airi, aku ingin bertanya-tanya
bagaimana dia hidup di Inggris? Apakah menyenangkan? Memangnya ada apa kamu
tiba-tiba bertanya seperti itu Yuki”
“heeh tidak ada apa-apa kok, abis aku melihat
Airi dia sangat cantik nan anggun. Aku juga mau kenal lebih dekat dengan Airi,
mungkin saja nanti bisa bersahabat kaya kita sekarang ini”
“Aku juga berharap gitu Ki, tapi kita lihat saja
nanti seperti apa”
Yuki bangkit dari tempat duduknya dan ia kembali
ke kelas lebih dulu, dan sambil mengucapkan “Souma aku duluan ya ke kelasnya”
“iya Yuki, hati-hati”
Tidak lama kemudian bel masuk telah dibunyikan,
dan aku pun bergegas untuk kembali ke kelas.
Sampai dikelas aku duduk dan tidak lama kemudian
guru bidang studi masuk ke kelasku, di tengah pelajaran aku bukannya memerhatikan
guru malah memperhatikan keadaan sekitarku dan aku lebih fokus memerhatikan
Airi. Tidak tau kenapa aku selalu mencuri-curi pandang untuk melihatnya, apakah
ini yang disebut dengan jatuh cinta ?
Bel telah berbunyi yang
menandakan waktu untuk pulang, aku merapihkan buku-buku dan peralatan sekolahku
untuk siap-siap pulang ke rumah. Disaat aku sedang merapihkan peralatanku Yuki
menghampiriku untuk mengajak pulang bersama, tetapi aku menolaknya karena aku
ada janji dengan Airi. Aku meminta maaf karena menolak ajakan Yuki, dan Yuki berkata
“ya tidak apa-apa kok, aku pulang dengan Soni dah” Aku membalas “maaf ya
Yuki…”. Akhirnya Yuki pergi dari kelas untuk pulang kerumah, dan Aku telah
selesai merapikan peralatan sekolahku.
Aku menghampiri
Airi dan mengajak berkeliling sekolah sesuai dengan perjanjian tadi pas
istirahat, aku dan Airi mulai berkeliling dari gedung olahraga, ruang musik,
lapangan, aula, kantin, toilet, ruang osis, ruang guru, perpustakaan, parkiran,
ruang seni, lab IPA, dan taman sekolah. Setelah melalui itu semua aku menunggu
Airi sampai dijemput oleh supirnya, sambil menunggu aku berbincang-bincang
sedikit dengan Airi. Aku memulai percakapan “Airi, di Inggris bagaimana asik
tidak seperti di Jepang ini?” Airi menjawab “Asik kok, tapi aku tidak menemukan
makanan dan tradisi unik disana, jadi ya agak membosankan” Aku bertanya kembali
“membosankan? membosankan bagaimana?” Airi “ya… bosan saja, disana aku tidak
bisa membaur dengan yang lainnya semoga saja disini aku memiliki banyak teman”
ucap Airi dengan muka senang. Akhirnya Supir Airi telah tiba, aku dan Airi
berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Sebelum berpisah Airi mengucapkan
“Terima kasih ya Souma untuk hari ini, aku sangat senang” Aku membalas “Iya,
Airi sama-sama aku juga senang”, dan aku berjalan kaki untuk pulang ke rumah.
Sampai
di rumah aku langsung rebahan di kasur dan berkata “lelahnya hari ini” tidak
lama aku rebahan, aku langsung bergegas mandi, setelah itu aku ingin memasak,
aku melihat apakah ada bahan makanan yang bisa dimasak, dan begitu aku lihat
tidak ada apa-apa, sungguh aku lupa untuk berbelanja hari ini. Untung saja ada
mie dan telor, aku terselamatkan dengan 2 bahan makanan ini. Disaat aku sedang
memasak mie, suara bel berbunyi dan aku bergegas untuk melihat siapakah yang
datang, setelah aku buka kan pintunya ternyata Yuki yang datang, dengan
perasaan kaget aku bertanya “ada apa Yuki kamu ke rumahku?” “aku membawakan
sedikit makanan untukmu” ucap Yuki. Betapa senangnya aku bisa dapat tambahan
makanan dari Yuki dan aku mengucapkan “terima kasih Yuki, pas sekali aku lagi
tidak ada makanan untung kamu datang” ucapku dengan senang, aku mengajak masuk
Yuki untuk ke dalam rumah, dan aku melanjutkan memasak mie yang telah aku rebus
tadi. Dan aku menyiapkan piring-piring untuk makanan yang dibawakan oleh Yuki,
disaat aku sedang menyiapkan piring, aku melihat Yuki sedang mengecek keadaan
sekitar rumahku. “Souma berantakan sekali rumahmu ini, sini aku bereskan dulu
setelah itu baru kita makan” ucap Yuki
secara tiba-tiba, “hehehe nanti ya kita makan dulu baru rapihin rumahku” ucapku
Yuki membalas ucapanku dengan nada marah “gam au, aku gamau makan kalo rumah
kamu berantakan seperti ini, sebaiknya kita rapihkan dulu agar terlihat dengan
indah” dan aku yang tadinya sedang menyiapkan makanan yang dibawa Yuki, kini
aku langsung membantu Yuki untuk membereskan rumahku. Selesai sudah merapihkan
rumahku, akhirnya aku bisa menyantap makanan yang telah disiapkan beberapa
menit yang lalu ucapku dalam hati. Tetapi sebelum aku makan Yuki memberitahu ke
aku “Souma, lain kali kamu rapihkan dulu rumahmu ya abis itu baru dah kamu
bebas mau berbuat apa saja. Kalau orang tua kamu datang dengan keadaan rumah
seperti tadi mungkin jatah bulananmu bisa di potong” ucapnya sambil bercanda,
dan aku membalas “Iya Yuki, terima kasih udah mengingatkan dan membantuku untuk
merapihkan rumahku ini, Ayo kita makan bersama” ucapku dengan penuh semangat,
“yo…. Aku juga sudah lapar nih” ucap Yuki. Selesai makan sudah dan aku pun
membereskan sisa makan, aku lihat Yuki sepertinya mengantuk karena makannya
terlalu banyak. Tidak lama kemudian Yuki bangun dari tempat duduknya dan
berteriak kepadaku “Souma aku pulang ya” dan aku langsung menghampiri Yuki
untuk mengantarkannya ke depan rumah. “Yuki terima kasih ya makanannya, titip
salam untuk orang tuamu” ucapku dengan senang sambil melambaikan tangan, Yuki
membalasnya dengan senyuman sambil melambaikan tangannya. Aku langsung masuk ke
dalam rumah, aku lihat jam yang ada dinding yang menunjukan sekarang jam 10
malam. Aku langsung pergi ke kamar dan tidur.
Bunyi
ayam berkokok dan munculnya matahari telah menandakan waktu sudah pagi, aku
lihat jam dinding menunjukan pukul 7 pagi. Oh iya disini sekolah mulai masuk
jam 9 pagi dan pulang jam 3 sore, jadi aku tidak telat lho hehehe. Aku
bersiap-siap untuk berangkat sekolah, sebelum berangkat aku makan dulu, dengan
rasa syukur ternyata masih ada makanan sisa tadi malam dan aku memakannya saja
tanpa berpikir. Dan aku berangkat ke sekolah, baru keluar dari pintu rumah aku
melihat Yuki sedang menungguku di depan gerbang. Yuki berkata dengan cukup
keras “selamat pagi Souma” aku berjalan menghampiri Yuki dan sambil mengucapkan
“selamat pagi Yuki, oh ya untuk makanan tadi malam terima kasih ya” Yuki
menjawab “hhmm… tidak apa-apa kok, di rumahku ada makanan lebih jadi aku kasih
ke kamu aja”. Dan kami berangkat bersama menuju sekolah, di tengah perjalanan
seperti biasa Soni ikut bareng bersama aku dan Yuki untuk berangkat ke sekolah. Aku dan Yuki sekelas sedangkan Soni
tidak sekelas, kami bertiga memang selalu berangkat bersama. Rumahku dengan
Yuki jaraknya sangat dekat mungkin bisa dibilang tetangga, kalo dengan Soni
cukup jauh jaraknya dari rumahku. Pas kami sampai di depan sekolah, aku melihat
Airi turun dari mobil, ia bagaikan sang Putri. Orang -orang disekitarnya
memerhatikan dia, tanpa disadari aku lupa untuk menyebrang jalan. Yuki dan Soni
sudah menyebrang dluan, waktu terasa berhenti disaat aku melihat Airi. Dari
tadi mereka berdua memanggilku tapi aku diam saja, dan akhirnya aku menyebrang
jalan dan sampai di sekolah. Aku menyapa Airi dengan berkata “Selamat Pagi
Airi” dan Airi membalas “Pagi juga Souma” dan aku mengajak Airi jalan bersama
untuk pergi ke kelas. Aku melihat Soni dan Yuki sedang asik mengobrol, aku dan
Airi tidak mengobrol apapun. Tidak lama sampai ke kelas kami bertiga berpisah
dengan Soni yang berbeda kelas, aku melepaskan tas dari bahu dan membuka tas
lalu duduk untuk membaca buku. Aku memiliki hobi membaca buku dikala waktu
luang, tidak lama aku membaca bel masuk telah berbunyi, aku langsung menyiapkan
buku mata pelajaran yang akan di pelajari di pagi hari. Pelajaran berlangsung
dan berganti aku terus mencatat apa yang guru jelaskan, waktu istirahat telah
tiba. Aku pergi ke perpustakaan untuk membaca buku, aku juga membawa buku yang
tadi aku baca. Sampai di perpustakaan ternyata aku bertemu Airi, tanpa aku
sadari ia telah sampai lebih dulu dari aku. Aku melepaskan sepatuku dan masuk
ke dalam perpustakaan, sangat tercium harumnya ruangan ini dan sejuknya.
Membuat para pembaca tidak ingin keluar dari sini, karena nyaman,tenteram, dan
damai. Aku sedang mencari buku matematika , mengapa aku memilih buku matematika
daripada buku lain ? karena aku ingin meningkatkan nilai pada pelajaran
matematika. Sekitar 5 menit aku mencari buku yang bagus untuk aku pelajari
ternyata masih blm ketemu dan belum sesuai dengan keinginanku, aku mencari
kembali dengan perlahan-lahan, dan akhirnya aku menemukan buku yang sangat
kecil dan tipis tapi isinya sangat mudah di mengerti. Lalu, aku mencari tempat
untuk duduk, aku melihat Airi sedang duduk sendirian dan aku mencoba duduk di
satu meja dengan Airi. Aku berkata “boleh aku diduduk disini?” “oh..
boleh-boleh duduk saja” ucap Airi. Kemudian aku duduk di tempat yang sama dengan
Airi, betapa senangnya aku bisa duduk bersama dia. Aku memulai membuka buku
yang telah aku pilih tadi, aku mempelajari dengan serius dan focus. Sepertinya
Airi telah memerhatikanku dan ku coba untuk melirik, ternyata benar ia sedang
memerhatikanku yang sedang fokus mempelajari matematika. Dan secara tiba-tiba
Airi menawarkan dirinya untuk mengajariku, lalu aku mengiyakan saja. Ternyata
Airi pandai dalam pelajaran matematika, ia mengajariku dengan cermat dan mudah
dimengerti. Tidak lama kemudian bel masuk berbunyi, aku dan Airi kembali ke
kelas. Aku duduk di kursi dan tidak lama guru pelajaran telah masuk ke kelas.
Selesai sudah pelajaran, akhirnya semua murid di sekolah di bubarkan, aku,Yuki,
dan Airi berjalan menuju gerbang sekolah. Sampailah di gerbang aku dan Yuki
bertemu dengan Soni, mobil Airi sudah menunggu di depan gerbang. Akhirnya kami
pulang bersama-sama, kecuali dengan Airi. Airi sudah di antar jemput.
Waktu
tidak terasa sampai-sampai sekarang sudah memasuki liburan musim panas, dan di
liburan kali ini aku ada perlombaan dibidang musik. Aku dan Airi mengikuti
lomba, aku sebagai pianis dan Airi sebagai violin. Tidak lupa aku mengajak Soni
dan Yuki untuk menonton perlombaan kami, aku dan Airi mendapatkan nomor urut 3
sekarang yang sedang tampil nomor urut 2. Sungguh aku tidak sabar untuk bermain
piano sebagus mungkin di depan Airi,Soni,Yuki, para juri dan penonton. Sebelum
aku bisa mengikuti perlombaan ini, aku iseng-iseng memasuki ruang musik disana
terdapat piano jadi aku mainkan saja ternyata aku masih bisa memainkan piano
dengan nada yang indah, disaat aku sedang bermain piano ternyata Airi sedang
mengintipku dan sedang asik merasakan indahnya suara piano yang aku mainkan.
Karena aku melihatnya Airi aku suruh masuk ke dalam, dan yang aku kaget
ternyata Airi seorang violin sejak SD sama seperti aku seorang pianis sejak SD.
Airi memintaku untuk mengiringi permainan biola dia dengan permainan pianoku
tanpa berpikir panjang aku langsung mengiyakan permintaannya. Lalu, kami berdua
mencoba memainkannya secara bersamaan. Sesuai dengan ekspetasiku ternyata
alunan musik kami bisa bersatu, dan aku mulai berpikir bagaimana kalo ada
perlombaan kita ikut saja? Awalnya Airi tidak mau karena malu karena aku paksa
ia menjadi mau. Begitulah ceritanya mengapa aku dan Airi bisa mengikuti lomba
ini.
Dan
tidak lama kemudian kami sudah harus tampil, aku dan Airi memasuki panggung.
Betapa tegangnya suasana di panggung ini, lalu aku dan Airi langsung memegang alat musik dan kamipun
mulai menampilkan pertunjukan kepada para juri dan penonton. Sekitar 10 menit
kami berdua tampil dan akhirnya selesai, para juri dan penonton mulai bersorak
dan bertepuk tangan dengan meriah. Sungguh aku merasa senang karena para juri
dan penonton menikmati alunan musik kita berdua. Beberapa jam kemudian acara
perlombaan selesai dan sekarang akan diberitahukan siapakah pemenang lomba pada
tingkat kota ini. Aku dan Airi berpikir tidak mungkin dapat juara karena kami
latihan hanya beberapa kali saja, dan pengumuman di laksanakan. Juru berkata
“Juara 3 dengan nomor urut 6 yaitu SMA Seito” lalu penonton dan juri yang
lainnya memberikan tepuk tangan dengan meriah, Juri mengumumkan lagi “Juara 2
dengan nomor urut 1 yaitu SMA Jakaruta dan ini dia pemenang juara 1 kita dengan
nomor urut 3 yaitu SMA Saozuki” penonton dan para juri bertepuk tangan sangat
keras. Tanpa sadar kami berdua ternyata nomor urut 3 itu adalah SMA aku dan
Airi yaitu Saozuki, Aku dan Airi berteriak dengan bangga dan berpelukan karena
saking senangnya bisa juara 1 pada perlombaan tingkat kota ini. Dan aku melihat
Soni dan Yuki juga amat senang karena kemenangan kami berdua, setelah selesai
menerima piagam penghargaan dan hadiah. Kami memutuskan untuk pergi ke restoran
untuk merayakan kemenangan aku dan Airi, karena jarak dari gedung lomba dan
restoran tidak jauh kami berjalan kaki untuk pergi ke sana. Sampai di restoran
mulailah kami memesan makanan, kami semua memesan menu yang sama, kira-kira
menunggu cukup lama kami menunggu. Dan akhirnya makanan kami sudah dibawakan
oleh pramusaji, tercium aroma makanannya yang sangat menggoda dan membuatku
tidak sabar untuk menyantapnya. Kami sebelum makan membaca doa bersama setelah
itu baru makanannya disantap. Aku menghabiskan makananku lebih dulu, dan aku
melihat teman-temanku makanannya masih cukup banyak. Setelah makan dan minum
rasanya aku ingin pergi ke toilet, aku ijin dulu kepada teman-teman untuk ke
toilet sebentar. Dan setelah aku kembali dari toilet, makanan mereka sudah
habis tanpa sisa. Dan aku nyeletuk untuk mengajak pulang ke rumah, dan mereka
mengiyakan saja. Mungkin karena sudah kekenyangan, kami berpisah di depan
restoran. Soni dan Yuki pulang terlebih dulu sedangkan aku menunggu Airi untuk
dijemput. Aku bertanya kepada Airi “Airi, rumahmu memangnya jauh dari sekolah
ya?” Airi membalas “hhmm ya… lumayan jauh sih, tapi karena udah aturan kedua
orang tuaku jadi aku mematuhinya saja” Aku sambil menggaruk-garukan kepala dan
bertanya lagi “bagaimana kalo pak supir lagi sibuk? Dan tidak ada yang
menjemputmu?” Airi membalas dengan santai “ya… kalo disekolahkan pasti ada kamu
Ma, jadi kamu harus antarkan aku untuk sampai ke rumah” Aku terkejut tiba-tiba
Airi berkata seperti itu, “kalo aku juga ga ada gimana?” aku bertanya kembali
dan Airi menjawab dengan muka-muka pasrah “terpaksa aku nunggu pak supir untuk
datang menjemputku, sebentar ya aku telpon pak supir dulu” dan aku menganggukan
kepala. Sekitar 1 menit dia menelpon supirnya, dan ia berkata “Souma, maukah
kamu mengantarku sampai rumah?” Aku dengan respons yang sangat terkejut
menjawab dengan terbata-bata “hee…. Mmeemmangnya kenapa Ri?” Airi menjawab
“karena supirku tidak bisa, jadi aku harus pulang sendiri deh, Souma kamu mau
kan mengantarkanku pulang? Aku mohon Souma” Aku tidak bisa menolak
permintaannya jadi aku mengiyakan saja.
“Dimana
alamatnya Airi? Coba aku liat” aku bertanya pada Airi, dan Airi mengeluarkan
hnadphonenya dari saku lalu memberitahu alamatnya kepadaku. Lalu aku langsung
saja jalan untuk mengantarkannya karena sudah tidak banyak waktu lagi., sebentar
lagi matahari akan tenggelam. Cukup jauh aku dan Airi berjalan, akhirnya sudah
terlihat rumahnya Airi. Aku dan Airi mempercepat langkah kaki. Sampai di depan
rumahnya aku langsung pulang ke rumah karena hari sudah cukup gelap.
Singkat
cerita aku dan Airi latihan untuk turnamen tingkat provinsi, seperti biasa aku
pengiring menggunakan Piano dan Airi yang bermain Biola. Tinggal beberapa hari
lagi kami akan mengikuti turnamen tingkat provinsi tersebut. Kami tidak
bermalas-malasan. Kami latihan lebih seing dari biasanya, hari sangat cepat dan
tibalah waktu turnamen.
Aku
dan Airi mendapatkan nomor urut seperti turnamen tingkat kota yaitu nomor urut
3. Peserta kali ini cukup banyak kira-kira sekitar 30 pasangan. Aku melihat
penampilan peserta pertama menurutku penampilannya kurang dipersiapkan karena
mereka berdua terkadang tidak seirama. Lanjut peserta nomor 2 tampil, aku dan
Airi bersiap-siap untuk naik ke atas panggung. Dan tidak lupa teman-teman
sekolahku datang untuk menyaksikan penampilan kami berdua. Tibalah saatnya kami
berdua tampil, sungguh jantungku berdetak sangat cepat dan rasa gugup kami
rasakan berdua. Mulailah kami berdua beraksi, aku melirik juri dan penonton
sangat focus memerhatikan kami berdua. Disaat ingin selesai penampilan kami
berdua, tiba-tiba Airi terjatuh dan aku langsung bangkit dari tempat duduk dan
menghampiri Airi dan mengangkatnya. Aku langsung berteriak “siapa saja tolong
panggilkan ambulans !” dan tidak lama ambulans datang. Airi dibawa ke rumah
sakit terdekat, dan orang tua Airi mengikuti ambulans itu untuk melihat
bagaimana kondisi anaknya. Aku masih di gedung pertunjukan, aku terdiam sesaat
dan berpikir “apakah Airi baik-baik saja?” teman-temanku ada di sebelahku dan
mereka berusaha untuk menenangkan diriku yang memiliki perasaan campur aduk
seperti panik, tegang, lelah, khawatir. Aku menghela nafas panjang dan mulai
menenangkan diriku. Dan teman-temanku mengajak aku untuk datang ke rumah sakit
dimana Airi di rawat. Sampai di rumah sakit aku dan teman-temanku langsung
pergi ke kamar tempat Airi di rawat, kami mengetahui kamar Airi karena aku sms
Ibu Airi dan bertanya dimana Airi di rawat. Sampai di depan kamar ia di rawat
kami secara bergantian masuk ke ruangan tersebut. Aku mendapat giliran
terakhir, dan teman-temanku berpamit untuk pulang duluan. Aku masuk ke
ruangannya aku sungguh senang karena Airi sudah sadar. Dan aku lihat Ibu Airi
menangis bahagia karena ia telah sadar, cukup lama ia berbaring dirumah sakit
dan akhirnya ia sadar. Aku langsung bertanya kepada Airi “kamu tidak apa-apakan
Airi?” “ya aku tidak apa-apa, mungkin karena kelelahan makanya aku seperti ini”
dan aku menghela nafas dan mengucapkan “syukurlah, kau tidak apa-apa.
Teman-temanmu dan aku sangat khawatir dengan kondisimu” Airi sambil
menggelengkan kepala dan berkata “hhhmmm tidak apa-apa kok aku, maaf ya karena
membuat kalian khawatir”.
Cukup
lama aku di ruangan Airi, dan aku lihat ke jendela langit sudah gelap. Aku
bergegas untuk pulang ke rumah dan berpamitan dengan Airi dan Ibunya. Aku
pulang menggunakan kereta, menuju ke stasiun aku berjalan kaki karena tidak
terlalu jauh jaraknya. Di perjalanan pulang aku berpikir yang aneh-aneh tentang
Airi terjatuh saat kontes, “sepertinya ia tidak mungkin kelelahan saja mana
mungkin ia kelelahan sampai jatuh tak sadarkan diri dengan waktu yang cukup
lama, mungkin ia memiliki penyakit yang aku tidak ketahui”. seperti itulah aku
berpikir. Aku langsung menggeleng-gelengkan kepala bahwa tadi hanyalah perasaan
buruku saja. Tiba di rumah, Yuki membuatku kaget karena ia telah merapikan
rumahku dan menyiapkan makanan untuku. Aku duduk istirahat sejenak, dan tidak
lama kemudian aku mandi. Selesai mandi aku mengajak Yuki untuk makan
bersamanya. “Yuki kamu kok bisa masuk ke dalem rumahku?” “ya aku punya duplicat
kunci untuk rumahmu Ma” “haduh maaf nih ya aku merepotkanmu kaya gini, oh ya
kamu ga sopan masuk kerumah orang secara diam-diam” sambil aku ketuk kepalanya,
dan ia berkata “hehe maaf maaf aku kan ingin membuat kejutan untukmu Souma”
“ooh gitu hahaha, makasih Yuki kamu baik banget, oh ya masakan mu enak sekali
Yuki” “hehe eh makasih ya, sepertinya masakan ku rasanya biasa saja”. Selesai
sudah makan aku dan Yuki, aku ingin tidur dan aku menyuruh Yuki untuk pulang ke
rumah, Yuki akhirnya pulang ke rumah. Dan aku tidur di kamar dengan perut yang
kenyang dan perasaan yang senang.
Singkat
cerita tibalah liburan akhir tahun telah tiba, dimana turnamen tingkat nasional
di adakan di musim salju ini. Oh ya disaat turnamen tingkat provinsi waktu lalu
kami sebenarnya bisa mendapatkan juara 1 karena kami tidak selesai tampilnya,
maka kami tidak juara karena di diskualifikasi tidak bermain sampai waktu yang
ditentukan. Aku dan Airi mencoba daftar untuk ikut turnamen tingkat nasional
ini, aku cukup terkenal di kota ini. Karena aku memainkan piano sesuai dengan
partiturnya dan hampir mendekati sempurna. Hehe jadi sombong nih. Skip skip
skip.
Aku
dan Airi sudah mendaftar untuk turnamen tingkat nasional dan kami berdua
latihan seperti lebih lama seperti sebelum-sebelumnya. Karena kami tahu tingkat
nasional ini tidak main-main dan sangat banyak pesertanya dan banyak juga yang
kemampuannya diatas kami. Tapi aku sudah tidak yakin untuk menang untuk
mengikuti turnamen kali ini. Seminggu sebelum turnamen aku ingin mengajak
keliling kota bersama Airi, tapi pikirku mungkin Airi menolaknya dan ia memilih
untuk istirahat di rumah bersama keluarganya. Sekarang aku dan Airi sedang di
rumah Airi, Airi memiliki ruangan sendiri untuk bermain biola maupun piano. Kami
sedang latihan bersama untuk turnamen tingkat nasional. Diwaktu istirahat
latihan aku bertanya kepada Airi, “Airi h-3 sebelum turnamen mau gak kita
jalan-jalan dulu biar ga stress?” “wah… kelihatannya asik, aku juga masih belum
tahu seperti apa kota ini” “serius kamu mau nih?” “iya aku mau Souma” “oke deh
nanti aku kabarin lagi ya” “aku ga sabar jadinya nih hehehe”. Asik Airi mau aku
ajak jalan-jalan, kupikir dia menolaknya ternyata ia mau. Aku juga jadi tidak
sabar untuk mengajak Airi jalan-jalan dan melihat-lihat kota ini.
Hari
demi hari telah berlalu, waktuku untuk pergi bersama Airi telah datang. Aku
dari rumah sudah bersiap dengan rapih dan wangi, aku dan Airi berjanjian di
depan stasiun Hokkaido. Lalu aku berangkat ke stasiun Hokkaido, sampai disana
aku datang lebih dulu. Tidak lama aku sampai aku melihat Airi dari depan
stasiun, ia turun dari mobil sepertinya ia diantar oleh ibunya. Aku terdiam
bagaikan patung melihatnya karena saking cantiknnya. “Souma… Souma, oy Souma”
“ah iya maaf-maaf” “kamu kenapa Souma? Kok bengong gitu” “eh tidak apa-apa kok”
“gimana penampilanku hari ini cocok tidak” “cantik kok sesuai pakaianmu dengan
badanmu, dan make up kamu juga bagus kok” “ah kamu berlebihan souma bicaranya,
aku jadi malu nih” dengan pipi memerah Airi menjawab, “hehehe maaf kalo
berlebihan, tapi emang cocok sekali kok sama kamu dan kamu sangat cantik. Ayo
kita mulai jalannya” “ayo…”. Aku mulailah mengajaknya berkeliling kota ini dan
memberitahu betapa indahnya kota ini. Aku mulai dengan mengajak ke kebun
binatang, lalu ke wahana, dan aku mengajaknya ke tempat inti-inti kota ini
seperti pusat pemberlanjaan. Dan ditempat akhir aku mengajak ke taman kota, aku
membeli makanan ringan dan minuman untuk kami berdua. Aku dan Airi duduk
dibangku taman dan istirahat, tidak terasa waktu hari sudah menjelang sore. Aku
sangat lelah hari ini begitu juga dengan Airi. “gimana Airi indah bukan kota
ini?” “iya souma banyak sekali tempat-tempat yang bagus untuk dikunjungi” “hehe
Cuma itu aja yang aku tau, sepertinya masih banyak lagi yang belum kita
lihat-lihat” “tidak apa-apa kok Souma segini saja cukup, aku juga sudah lelah
nih”. Sekitar 15 menit kita beristirahat, aku langsung mengajak keliling di
area taman. Terlintas di kepalaku, ini sama saja seperti aku berkencan dengan
Airi dong? Aku dan Airi saja jalan-jalannya tidak ada lagi teman-temanku yang
ikut. Hehehe tidak apalah kesempatan yang sangat menguntungkan buat aku untuk bisa
dekat dengan Airi. Tidak lama kami di taman, akhirnya kami berdua berpikiran
untuk pulang ke rumah. Karena hari sudah cukup gelap. Aku bertanya kepada Airi
“Airi, kamu tidak dijemput oleh Ibumu?” “sepertinya tidak Souma, maukah kamu
menemaniku untuk pulang ke rumah?” “ya kalo aku sih mau saja menemanimu untuk
pulang ke rumah, apa Ibumu tidak marah nanti?” “sepertinya tidak Souma, kalo
marah mana mungkin kamu bisa bermain music denganku di rumah” “oh iya iya hehe,
ya sudah kalo kamu tidak keberatan aku antarkan kamu pulang” “terima kasih ya
Souma, maaf telah merepotkanmu” “eehh iya tidak apa-apa kok, lagian juga
perempuan tidak boleh pulang sendiri kalo waktu sudah menjelang malam”. Aku dan
Airi naik Bis, sampai di depan gang. Kami melanjutkan perjalanan dengan jalan
kaki, tidak lama kami berjalan tiba-tiba Airi sudah ingin terjatuh. Aku
langsung reflek menangkap tangannya, aku pegang tangannya ternyata dingin
sekali. “Airi mau aku gendong di belakang?” “eh ga usah kok aku masih bisa
berjalan” “serius? Tadi kamu hamper terjatuh lho” “iya bener, aku tidak apa-apa
kok”. Aku dan Airi berjalan, disaat ingin sampai dirumah tiba-tiba Airi sudah
jatuh di pelukanku. Tanpa pikir panjang aku langsung menggendongnya dan lari
dengan cepat untuk cepat-cepat sampai di rumah Airi. Sampai dirumah Airi, tanpa
basa basi aku langsung meminta ibunya untuk menunjukan dimana kamar Airi. Aku
meletakan Airi secara perlahan-lahan ke tempat tidurnya, setelah itu aku
langsung meminta maaf kepada Ibunya sambil menundukan kepala. Aku merasa
bersalah telah membuat Airi sampai seperti ini. Ibunya langsung memaafkanku,
dan aku bertanya. “mengapa tante langsung memaafkan aku? Kenapa aku tidak
diomeli tante? Kan aku yang salah karena membuat Airi sampai seperti ini” “Dek
Souma, kamu tidak salah kok, tante lupa memberitahumu karena Airi tidak boleh
sampai terlalu lelah” “maafkan aku tante maafkan aku” ucapku sekali lagi dalam
mulutku dengan pikiran penuh salah. Sekitar 1 jam aku menunggu, akhirnya Airi
telah sadar “Airi maafkan aku, aku tidak tau kalo kamu tidak boleh terlalu
lelah. Maafkan Aku Airi” dengan penuh harap aku dimaafkan olehnya “heemm tidak
apa-apa kok, aku lupa memberitahumu juga, jadi kamu tidak salah” “tidak Airi
aku yang salah karena aku terlalu senang” “eh ga kok aku tidak apa-apa, aku
juga senang hari ini karena kamu mau menunjukan keindahan kota ini” kata Airi
sambil tersenyum “syukurlah kamu senang, tapi maafkan aku yak arena membuat
kamu seperti ini. Oh ya aku sekalian mau pamit pulang ya, hari sudah sangat
gelap” “kenapa kamu ga nginep disini saja dulu? Memangnya masih ada kendaraan
ya?” “masih ada kok, ya sudah aku pamit ya. selamat malam Airi” “eh iya makasih
ya Souma telah mampir ke rumahku dan mengantarkanku pulang” dan aku pun keluar
dari kamar Airi dan menuju keluar rumah, disaat aku sampai di depan pintu rumah
tiba-tiba Ibunya Airi memanggilku “Souma… Souma” “eh ya tante ada apa?” “sini
tante anterin pulang, coba kamu lihat sekarang jam berapa. Pasti sudah tidak
ada angkutan umum lagi” “yang bener nih tante?” “iya anggap aja sebagai kamu
telah mengantarkan Airi ke rumah” “oh baiklah tante”. Aku keluar rumahnya dan
menunggu di depan gerbang, tidak lama Ibunya Airi keluar dengan menggunakan
mobil. Aku langsung saja masuk kedalamnya. Singkat cerita, akhirnya aku sampai
di depan rumahku dan aku mengucapkan terima kasih ke Ibunya Airi karena
mengantarkanku untuk pulang kerumah, dan Ibunya Airi membalasnya dengan
senyuman dan lambaian tangan. Aku langsung masuk ke dalam rumah dan bergegas
untuk tidur.
2
hari kemudian, tibalah waktu turnamen tersebut. Aku dan Yuki berjalan menuju
gedung pertunjukan, sedangkan Airi dengan Ibunya. Sampai disana aku dan Airi
daftar ulang, dan mengambil nomor undian. Kami mendapat nomor undian 20 dari 40
peserta. Aku langsung berteriak “eh…. Tidak beruntung kita Airi, nomor
undiannya jauh sekali” “hahaha ga apa apa kali, kan kita bisa sama temen-temen
dulu untuk mengobrol gitu” “eh iya bener juga, sudah lama kita tidak berkumpul
ramai-ramai”. Aku dan teman-temanku akhirnya mengobrol satu sama lain, tidak
kerasa kami mengobrol sekarang sudah waktunya istirahat makan siang dan aku
lihat peserta selanjutnya nomor urut 19. Aku dan teman-teman mencari penjual
makanan atau restoran terdekat untuk makan siang, akhirnya kami menemukan
restoran. Kami masuk kedalam dan mencari tempat duduk, aha ketemu dan kami
duduk di dekat jendela. Oh ya yang ikut makan disini kami ber empat. Aku, Airi,
Yuki dan Soni. Sedangkan teman-teman yang lain makan di tempat lain. Aku lihat
Soni dan Yuki semakin dekat saja layaknya pacar. Kami memesan makanan dan
minuman yang sama, selesai makan kami bayar. Dan kami kembali ke gedung
pertunjukan, aku dan Airi berpisah dengan teman-teman karena kita berdua akan
bersiap-siap untuk tampil. Aku dan Airi masuk ke ruangan peserta, dan kita
masing-masing berganti kostum untuk penampilan tersebut. Aku dan Airi sudah
berganti kostum, akhirnya tibalah waktu kita berdua untuk tampil dihadapan
orang-orang banyak. Seperti biasa aku dan Airi memberi salam kepada para juri
dan penonton lalu kita berdua ke posisi masing-masing. Aku melihat Airi dan
Airi melihatku, dengan kode menganggukan kepala maka kami memulai penampilan
kami. Aku memainkan piano dengan semangat, secara tiba-tiba Airi memainkan
Biola dengan irama yang cukup cepat akupun tidak mau kalah. Akhirnya kami
berdua memainkan dengan penuh semangat tanpa menyadari bahwa kalo sedang
mengikuti turnamen. Aku melirik Airi betapa cantiknya dia disaat memainkan
biola, dan aku hamper kehilangan konsentrasi langsung kembali focus ke piano.
Akhirnya kami berdua selesai menampilkan dengan penuh semangat, dan para juri
dan penonton memberi tepuk tangan yang meriah. Disaat itu tiba-tiba Airi
terjatuh dan aku yang tadinya dengan perasaan yang senang dan semangat tiba-tiba
penuh dengan kekhawatiran. Aku langsung mendekati Airi dan meminta untuk siapa
saja untuk memanggil ambulans. Aku berpikir mungkin Airi terlalu bersemangat
tadi saat memainkan biola sampai-sampai ia terjatuh. Akhirnya Airi dibawa ke
rumah sakit terdekat menggunakan ambulans, acara tersebut ditunda sementara
disaat menunggu ambulans untuk membawa Airi ke rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan. Aku menyusul ke rumah sakit dimana Airi dirawat. Sampai dirumah
sakit aku melihat ibunya Airi sedang duduk diruang tunggu. Dan aku langsung
menanyakan kabar Airi kepada Ibunya “tante gimana Airi sekarang? Apa baik-baik
saja dia?” “dek Souma maafkan tante, tante ga cerita ke kamu. Sebenernya Airi
memiliki penyakit Sindrom
Guillain-Barre yang dapat
melumpuhkan system saraf” “apa tidak bisa disembuhin tante?” “tante tidak tahu,
kata dokter bisa sembuh harus di operasi dan kemungkinan berhasil hanya 2%”
“yang bener tante? Kecil sekali kemungkinannya untuk berhasil” “iya, eh dek
Souma kamu sebenernya suka ya sama anak tante?” aku langsung kaget tiba-tiba
ditanya seperti itu dan aku menjawab “ya sebenernya suka tante tapi…” aku belum
selesai berbicara Ibunya Airi langsung memotong pembicaraan “habis kenapa?
Karena Airi memiliki penyakit ya?” “eh tidak tante, aku belum selesai
ngomongnya jgn dipotong dulu dong. Tapi mana mau Airi denganku, aku anak culun
disekolah dan terkadang suka dibully dengan teman-teman” “oh gitu dek Souma,
tidak gitu kok. Airi cerita ke tante kalo kamu itu orangnya lucu, asik dan
pengertian” aku langsung diam saja disaat Ibunya Airi berbicara seperti itu.
Langit dari cerah mulai gelap Airi belum sadar juga, dan akhirnya kuputuskan
untuk pulang ke rumah dan istirahat dan besok saja untuk menemuinya kembali.
Esoknya aku ke rumah
sakit, ternyata Airi sudah sadar dan aku lihat mukanya sangat pucat. Aku
menjenguknya sangat sebentar karena dia baru saja sadar tadi pagi. Aku kembali
ke rumah dan membereskan rumahku dan membersihkan pakaianku. Esoknya aku
kembali lagi ke rumah sakit, aku ingin berangkat ke rumah sakit. Salju telah
turun dari langit, dan aku balik lagi ke rumah untuk mempersiapkan pakaian
hangat untukku perjalanan ke rumah sakit. Aku tiba disana siang hari, dan aku
melihat Airi sedang di ruang masa rehabilitasi, dan Airi sedang belajar berjalan.
Aku menemui ibunya dan bertanya “tante kok Airi tiba-tiba langsung tidak bisa
jalan?” dengan perasaan sedih dan khawatir Ibu Airi menjawab “iya dek Souma,
kata dokter perkembangan virusnya sangat cepat semenjak Airi tidak sadarkan
diri waktu itu” “terus gimana? Bisa sembuh tidak?” “ya seperti yang tante
katakan lakukan operasi” “tapi tante itu kemungkinannya sangat kecil” “tidak
apa-apa dek Souma, Airi sudah memintanya kok dan ia ingin sekali sembuh dari
penyakitnya” “kapan tante kira-kira Airi di operasi?” “besok dek Souma” aku
langsung terdiam dan kaget mendengar jawaban dari Ibu Airi. Bahwa besok Airi
akan melakukan operasi. Aku mengajak Airi untuk keatas rumah sakit. Dan aku
berbicara dengannya, tidak lama aku berbicara karena kata suster Airi tidak
boleh lama-lama di ruang terbuka. Sebelum aku dan Airi kembali ke ruangan Airi
dirawat, tiba-tiba Airi berdiri dan melakukan pose seperti orang bermain biola.
Aku memerhatikannya dengan sangat sedih dan bahagia kalo dia bisa berdiri.
Sekitar 5 menit dia melakukan itu, dan Airi hampir terjatuh, dan aku langsung
menangkapnya. Aku langsung membawanya ke ruangan ia dirawat. Setelah aku
membawa Airi ke ruangan, aku langsung pamit pulang ke rumah.
Esok di hari operasi
aku berangkat ke rumah sakit siang menjelang sore, aku berjalan dengan penuh
harap bahwa ia berhasil di operasi dan sembuh, aku ingin sekali menyatakan
cinta padanya aku sudah membawakan Bunga dan parsel untuknya. Dan disaat aku
sampai di rumah sakit aku berjalan ke ruangan dimana Airi dirawat dan di
operasi, dan aku melihat Ibu Airi sedang menangis. Aku langsung bertanya kepada
Ibunya Airi “tante kenapa nangis?” “dek Souma Airi… Airi…” Ibu Airi tidak kuat
menahan tangisnya sampai-sampai ia tidak bisa berbicara banyak. “kenapa Airi tante?”
“Airi sudah tiada di dunia ini dek Souma” aku dengan respon melepaskan bunga
dan parsel yang aku genggam di tangan dan seolah-olah aku tidak percaya bahwa
Airi telah tiada. “tante aku ingin melihat Airi kedalam apakah boleh?” “nanti
dek Souma dokter sedang merapihkan perlengkapan operasi” tidak lama setelah
para dokter dan perawat keluar aku dan Ibunya Airi langsung memasuki ruangan
tersebut. Dan aku menangis dengan terseduh-seduh saat melihat wajahnya, aku
masih tidak percaya kalo Airi sudah meninggal dunia dan aku pasrah seadanya.
Dan tiba-tiba Ibu Airi memberikan surat kepadaku “ini dek Souma dari Airi” aku
langsung membuka suratnya dan membacanya. Tulisan surat itu berisi
“Halo Souma, maaf ya kalo aku mengkhawatirkan kamu dan teman-teman
selama ini, tapi aku sungguh minta maaf kepadamu Souma. Karena kamu orang yang
sangat memerhatikanku dan peduli denganku. Aku tahu kalo kamu sedang menangis
sekarang :), Souma maafkan aku ya selama ini merepotkanmu, Souma sebenernya aku
sangat suka disaat kita berdua bermain piano dan biola bersama dan disaat kamu
mengajak aku berkeliling sekolah dan disaat kamu mengajak aku berkililing kota.
Aku sangat senang Souma. Sudah-sudah Souma kamu jangan nangis terus kamu
laki-laki kan? Kamu pasti kuat kok aku percaya itu. Souma sebenernya aku ini
suka dan cinta kepadamu, tapi maaf sekali Souma aku tidak bisa membahagiakanmu
aku hanya bisa membuatmu kerepotan dan bersedih terus. Maafkan aku yang tidak
pernah jujur dan bilang kepadamu bahwa aku memiliki penyakit seperti ini. Tapi
aku berharap kepadamu kamu jangan suka dan cinta kepadaku ya :). Karena aku
sudah tiada lagi di dunia ini, kamu bisa mencari mungkin yang hamper sama
denganku atau lebih dariku. Souma Aku mengucapkan banyak terima kasih kepadamu,
karena kamu sangat baik denganku dan aku tidak lupa untuk berterima kasih untuk
teman-teman yang telah mengizinkanku untuk gabung dengan kalian. Souma sekali
lagi aku mengucapkan ‘Aku cinta padamu’ Souma jangan sedih lagi yah :), aku
berharap kamu bisa menikmati masa-masa hidupmu dan kamu bisa bahagia nantinya.
Airi”
Aku langsung menangis
terseduh-seduh setelah membacanya dan aku memeluk jasadnya Airi dan mengakatan
“bodoh Airi, aku juga suka dan cinta kepadamu. Mana mungkin aku tidak
mencintaimu? Kamu itu cantik, baik, dan sempurna dimata aku. Airi aku cinta
sama kamu, aku harap kamu bisa tenang di akhirat nanti”. Aku tidak tahu harus
melakukan apalagi setelah membaca surat itu dan berkata itu di depan jasad Airi
dan di depan Ibu Airi. Jadi selama ini yang aku rasakan hanyalah kesenangan
dalam kebohonganmu. Dan aku tidak akan melupakan kau Airi, karena enggkaulah
yang membuatku semangat dalam melakukan kegiatan apapun.
~Tamat
Ya seperti itulah ceritanya, gimana ? serukan ? oh ya, mohon maaf ya kalo ada kata kata dan kalimat yang kurang jelas nan tidak rapih. Maklum baru pertama kali membuat hehehe
yo sampai jumpa~