Selasa, 10 Januari 2017

Kesengan dan Kesedihan (Cerpen)

Assalamu'alaikum wr wb

Selamat pagi, siang, dan sore untuk para pembaca :D 
Kali ini saya ingin menulis cerita pendek(cerpen), ya.... walaupun agak sedikit mirip dengan salah satu anime romance. Kenapa mirip ? Karena memang referensi saya dari situ dan saya suka dengan ceritanya hehe ^-^v

Yuk simak ceritanya~






oleh : Yanggi Yulianto
genre : romance, slice of life, musical







Kesenangan dan Kesedihan

Namaku Souma Koutaro, aku salah satu murid SMA Saozuki, SMA Saozuki salah satu sekolah terkenal di kotaku. Aku biasa berangkat sekolah bersama temanku yang bernama Yuki Dunois, ia merupakan teman semasa kecilku hingga sekarang, aku dan Yuki dari SD satu sekolah hingga SMA ini. Yuki adalah gadis cantik di sekolahku, ia memiliki rambut yang panjang, badan yang tinggi, dan memiliki warna kulit yang indah. Ia juga salah satu murid yang banyak memiliki bakat, banyak laki-laki yang ingin menjadi temannya. Tiba-tiba ada suara laki-laki yang berteriak dari persimpangan jalan
 “oy… Souma”
 “yo… Soni”
Namanya Soni Yondo, dia temanku yang sangat hebat dalam bidang olahraga, dia juga salah satu incaran para wanita di sekolahku.
             Sampai disekolah aku mengikuti upacara pembukaan tahun ajaran baru, acaranya pun dimulai aku diam sambil mendengarkan pidato dari Kepala Sekolah, dan Ketua OSIS. Setelah selesai upacara aku kembali ke kelas, Bapak Guru masuk ke kelasku dan memperkenalkan murid pindahan, aku melihat kedepan kelas dan memerhatikan murid pindahan tersebut. Dan dia memulai perkenalan
“Halo semuanya, namaku Airi Ken, aku baru saja pindah dari Inggris, aku dan orang tuaku pindah ke Jepang. Mulai sekarang mohon kerja samanya ya”
Aku tercengang melihat ia tersenyum, aku tidak bisa berhenti menatap wajahnya yang begitu cantik, kelas yang tadinya sunyi tiba-tiba menjadi ramai ketika Airi selesai memperkanalkan dirinya. Di sebelah kananku masih ada bangku yang kosong, dan Pak Guru menunjukan tempat ia untuk duduk sambil berbicara
“Souma tolong ya kerja samanya dengan Airi” dan akupun menjawab
“Baik Pak”
Tidak lama Pak Guru pun langsung menkondusifkan keadaan kelas, dan mulailah pelajaran di kelas.
            Jam istirahat telah tiba, aku mengambil bekal dari kolong mejaku dan tiba-tiba Airi mendekatiku dan dia berbicara
“Souma, maukah kamu sepulang sekolah mengelilingi area sekolah ini?” aku dengan gugup menjawab
“eee…iya boleh kok, nanti kalo tidak ada acara ya” dan dengan perasaan senang Airi membalas
“Terima Kasih Souma”
“ya sama-sama”
            Lalu aku memakan bekal yang tadi aku bawa dari rumah, selesai makan aku pergi ke Taman Sekolah dan aku melihat ada kursi di Taman lalu aku duduk disana, sambil memandangi awan yang sangat indah. Terlintas dalam pikiran ku untuk membuat game sepertinya aku tidak akan bisa membuat game, ucapku dalam pikiran sambil tertawa kecil. Beberapa saat kemudian Yuki mendatangiku dan ia membawa sesuatu di tangannya. Yuki duduk disampingku dan membuka bungkusan yang ia bawa, sesuai dengan pikiranku, ia membawa cemilan. Aku memakan cemilan yang dibawa Yuki, dan terjadilah pembicaraan
“wah.. enak sekali Yuki cemilannya, kamu beli apa buat ?” dan Yuki menjawab
“benarkah ? hhmm aku buat tadi sebelum berangkat sekolah, pas mendengar kamu bilang cemilan yang aku buat itu enak. Aku jadi malu”
“iya enak kok, kamu belum cobain emangnya?”
“belum, aku tidak sempat mencicipinya”
“ya sudah nih cobain, bilang Aaa…..” aku sambil menyodorkan tanganku yang sedang memegangi cemilan tersebut
“Aaa….” Akhirnya Yuki memakan cemilan yang ia buat, lalu aku bertanya
“gimana ? Enakan rasanya ?”
“heeh iya, aku pikir rasanya pasti tidak bakalan enak tau nya ini sangat enak. Besok mau aku buatkan lagi Souma?” dia menawarkanku sambil tersenyum
“eh jgn ! nanti aku ngerepotin kamu lagi”
“enggak kok, lagian sekalian aku belajar masak”
“ok makasih ya, aku tunggu bsk”
“nee Souma, bagaimana pendapatmu tentang Airi ?”      (Nee seperti hai)
“Aku ingin mengenal lebih jauh Airi, aku ingin bertanya-tanya bagaimana dia hidup di Inggris? Apakah menyenangkan? Memangnya ada apa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu Yuki”
“heeh tidak ada apa-apa kok, abis aku melihat Airi dia sangat cantik nan anggun. Aku juga mau kenal lebih dekat dengan Airi, mungkin saja nanti bisa bersahabat kaya kita sekarang ini”
“Aku juga berharap gitu Ki, tapi kita lihat saja nanti seperti apa”
Yuki bangkit dari tempat duduknya dan ia kembali ke kelas lebih dulu, dan sambil mengucapkan “Souma aku duluan ya ke kelasnya”
“iya Yuki, hati-hati”
Tidak lama kemudian bel masuk telah dibunyikan, dan aku pun bergegas untuk kembali ke kelas.
Sampai dikelas aku duduk dan tidak lama kemudian guru bidang studi masuk ke kelasku, di tengah pelajaran aku bukannya memerhatikan guru malah memperhatikan keadaan sekitarku dan aku lebih fokus memerhatikan Airi. Tidak tau kenapa aku selalu mencuri-curi pandang untuk melihatnya, apakah ini yang disebut dengan jatuh cinta ?
                Bel telah berbunyi yang menandakan waktu untuk pulang, aku merapihkan buku-buku dan peralatan sekolahku untuk siap-siap pulang ke rumah. Disaat aku sedang merapihkan peralatanku Yuki menghampiriku untuk mengajak pulang bersama, tetapi aku menolaknya karena aku ada janji dengan Airi. Aku meminta maaf karena menolak ajakan Yuki, dan Yuki berkata “ya tidak apa-apa kok, aku pulang dengan Soni dah” Aku membalas “maaf ya Yuki…”. Akhirnya Yuki pergi dari kelas untuk pulang kerumah, dan Aku telah selesai merapikan peralatan sekolahku.
               
            Aku menghampiri Airi dan mengajak berkeliling sekolah sesuai dengan perjanjian tadi pas istirahat, aku dan Airi mulai berkeliling dari gedung olahraga, ruang musik, lapangan, aula, kantin, toilet, ruang osis, ruang guru, perpustakaan, parkiran, ruang seni, lab IPA, dan taman sekolah. Setelah melalui itu semua aku menunggu Airi sampai dijemput oleh supirnya, sambil menunggu aku berbincang-bincang sedikit dengan Airi. Aku memulai percakapan “Airi, di Inggris bagaimana asik tidak seperti di Jepang ini?” Airi menjawab “Asik kok, tapi aku tidak menemukan makanan dan tradisi unik disana, jadi ya agak membosankan” Aku bertanya kembali “membosankan? membosankan bagaimana?” Airi “ya… bosan saja, disana aku tidak bisa membaur dengan yang lainnya semoga saja disini aku memiliki banyak teman” ucap Airi dengan muka senang. Akhirnya Supir Airi telah tiba, aku dan Airi berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Sebelum berpisah Airi mengucapkan “Terima kasih ya Souma untuk hari ini, aku sangat senang” Aku membalas “Iya, Airi sama-sama aku juga senang”, dan aku berjalan kaki untuk pulang ke rumah.
            Sampai di rumah aku langsung rebahan di kasur dan berkata “lelahnya hari ini” tidak lama aku rebahan, aku langsung bergegas mandi, setelah itu aku ingin memasak, aku melihat apakah ada bahan makanan yang bisa dimasak, dan begitu aku lihat tidak ada apa-apa, sungguh aku lupa untuk berbelanja hari ini. Untung saja ada mie dan telor, aku terselamatkan dengan 2 bahan makanan ini. Disaat aku sedang memasak mie, suara bel berbunyi dan aku bergegas untuk melihat siapakah yang datang, setelah aku buka kan pintunya ternyata Yuki yang datang, dengan perasaan kaget aku bertanya “ada apa Yuki kamu ke rumahku?” “aku membawakan sedikit makanan untukmu” ucap Yuki. Betapa senangnya aku bisa dapat tambahan makanan dari Yuki dan aku mengucapkan “terima kasih Yuki, pas sekali aku lagi tidak ada makanan untung kamu datang” ucapku dengan senang, aku mengajak masuk Yuki untuk ke dalam rumah, dan aku melanjutkan memasak mie yang telah aku rebus tadi. Dan aku menyiapkan piring-piring untuk makanan yang dibawakan oleh Yuki, disaat aku sedang menyiapkan piring, aku melihat Yuki sedang mengecek keadaan sekitar rumahku. “Souma berantakan sekali rumahmu ini, sini aku bereskan dulu setelah itu baru kita makan”  ucap Yuki secara tiba-tiba, “hehehe nanti ya kita makan dulu baru rapihin rumahku” ucapku Yuki membalas ucapanku dengan nada marah “gam au, aku gamau makan kalo rumah kamu berantakan seperti ini, sebaiknya kita rapihkan dulu agar terlihat dengan indah” dan aku yang tadinya sedang menyiapkan makanan yang dibawa Yuki, kini aku langsung membantu Yuki untuk membereskan rumahku. Selesai sudah merapihkan rumahku, akhirnya aku bisa menyantap makanan yang telah disiapkan beberapa menit yang lalu ucapku dalam hati. Tetapi sebelum aku makan Yuki memberitahu ke aku “Souma, lain kali kamu rapihkan dulu rumahmu ya abis itu baru dah kamu bebas mau berbuat apa saja. Kalau orang tua kamu datang dengan keadaan rumah seperti tadi mungkin jatah bulananmu bisa di potong” ucapnya sambil bercanda, dan aku membalas “Iya Yuki, terima kasih udah mengingatkan dan membantuku untuk merapihkan rumahku ini, Ayo kita makan bersama” ucapku dengan penuh semangat, “yo…. Aku juga sudah lapar nih” ucap Yuki. Selesai makan sudah dan aku pun membereskan sisa makan, aku lihat Yuki sepertinya mengantuk karena makannya terlalu banyak. Tidak lama kemudian Yuki bangun dari tempat duduknya dan berteriak kepadaku “Souma aku pulang ya” dan aku langsung menghampiri Yuki untuk mengantarkannya ke depan rumah. “Yuki terima kasih ya makanannya, titip salam untuk orang tuamu” ucapku dengan senang sambil melambaikan tangan, Yuki membalasnya dengan senyuman sambil melambaikan tangannya. Aku langsung masuk ke dalam rumah, aku lihat jam yang ada dinding yang menunjukan sekarang jam 10 malam. Aku langsung pergi ke kamar dan tidur.
            Bunyi ayam berkokok dan munculnya matahari telah menandakan waktu sudah pagi, aku lihat jam dinding menunjukan pukul 7 pagi. Oh iya disini sekolah mulai masuk jam 9 pagi dan pulang jam 3 sore, jadi aku tidak telat lho hehehe. Aku bersiap-siap untuk berangkat sekolah, sebelum berangkat aku makan dulu, dengan rasa syukur ternyata masih ada makanan sisa tadi malam dan aku memakannya saja tanpa berpikir. Dan aku berangkat ke sekolah, baru keluar dari pintu rumah aku melihat Yuki sedang menungguku di depan gerbang. Yuki berkata dengan cukup keras “selamat pagi Souma” aku berjalan menghampiri Yuki dan sambil mengucapkan “selamat pagi Yuki, oh ya untuk makanan tadi malam terima kasih ya” Yuki menjawab “hhmm… tidak apa-apa kok, di rumahku ada makanan lebih jadi aku kasih ke kamu aja”. Dan kami berangkat bersama menuju sekolah, di tengah perjalanan seperti biasa Soni ikut bareng bersama aku dan Yuki untuk berangkat  ke sekolah. Aku dan Yuki sekelas sedangkan Soni tidak sekelas, kami bertiga memang selalu berangkat bersama. Rumahku dengan Yuki jaraknya sangat dekat mungkin bisa dibilang tetangga, kalo dengan Soni cukup jauh jaraknya dari rumahku. Pas kami sampai di depan sekolah, aku melihat Airi turun dari mobil, ia bagaikan sang Putri. Orang -orang disekitarnya memerhatikan dia, tanpa disadari aku lupa untuk menyebrang jalan. Yuki dan Soni sudah menyebrang dluan, waktu terasa berhenti disaat aku melihat Airi. Dari tadi mereka berdua memanggilku tapi aku diam saja, dan akhirnya aku menyebrang jalan dan sampai di sekolah. Aku menyapa Airi dengan berkata “Selamat Pagi Airi” dan Airi membalas “Pagi juga Souma” dan aku mengajak Airi jalan bersama untuk pergi ke kelas. Aku melihat Soni dan Yuki sedang asik mengobrol, aku dan Airi tidak mengobrol apapun. Tidak lama sampai ke kelas kami bertiga berpisah dengan Soni yang berbeda kelas, aku melepaskan tas dari bahu dan membuka tas lalu duduk untuk membaca buku. Aku memiliki hobi membaca buku dikala waktu luang, tidak lama aku membaca bel masuk telah berbunyi, aku langsung menyiapkan buku mata pelajaran yang akan di pelajari di pagi hari. Pelajaran berlangsung dan berganti aku terus mencatat apa yang guru jelaskan, waktu istirahat telah tiba. Aku pergi ke perpustakaan untuk membaca buku, aku juga membawa buku yang tadi aku baca. Sampai di perpustakaan ternyata aku bertemu Airi, tanpa aku sadari ia telah sampai lebih dulu dari aku. Aku melepaskan sepatuku dan masuk ke dalam perpustakaan, sangat tercium harumnya ruangan ini dan sejuknya. Membuat para pembaca tidak ingin keluar dari sini, karena nyaman,tenteram, dan damai. Aku sedang mencari buku matematika , mengapa aku memilih buku matematika daripada buku lain ? karena aku ingin meningkatkan nilai pada pelajaran matematika. Sekitar 5 menit aku mencari buku yang bagus untuk aku pelajari ternyata masih blm ketemu dan belum sesuai dengan keinginanku, aku mencari kembali dengan perlahan-lahan, dan akhirnya aku menemukan buku yang sangat kecil dan tipis tapi isinya sangat mudah di mengerti. Lalu, aku mencari tempat untuk duduk, aku melihat Airi sedang duduk sendirian dan aku mencoba duduk di satu meja dengan Airi. Aku berkata “boleh aku diduduk disini?” “oh.. boleh-boleh duduk saja” ucap Airi. Kemudian aku duduk di tempat yang sama dengan Airi, betapa senangnya aku bisa duduk bersama dia. Aku memulai membuka buku yang telah aku pilih tadi, aku mempelajari dengan serius dan focus. Sepertinya Airi telah memerhatikanku dan ku coba untuk melirik, ternyata benar ia sedang memerhatikanku yang sedang fokus mempelajari matematika. Dan secara tiba-tiba Airi menawarkan dirinya untuk mengajariku, lalu aku mengiyakan saja. Ternyata Airi pandai dalam pelajaran matematika, ia mengajariku dengan cermat dan mudah dimengerti. Tidak lama kemudian bel masuk berbunyi, aku dan Airi kembali ke kelas. Aku duduk di kursi dan tidak lama guru pelajaran telah masuk ke kelas. Selesai sudah pelajaran, akhirnya semua murid di sekolah di bubarkan, aku,Yuki, dan Airi berjalan menuju gerbang sekolah. Sampailah di gerbang aku dan Yuki bertemu dengan Soni, mobil Airi sudah menunggu di depan gerbang. Akhirnya kami pulang bersama-sama, kecuali dengan Airi. Airi sudah di antar jemput.
            Waktu tidak terasa sampai-sampai sekarang sudah memasuki liburan musim panas, dan di liburan kali ini aku ada perlombaan dibidang musik. Aku dan Airi mengikuti lomba, aku sebagai pianis dan Airi sebagai violin. Tidak lupa aku mengajak Soni dan Yuki untuk menonton perlombaan kami, aku dan Airi mendapatkan nomor urut 3 sekarang yang sedang tampil nomor urut 2. Sungguh aku tidak sabar untuk bermain piano sebagus mungkin di depan Airi,Soni,Yuki, para juri dan penonton. Sebelum aku bisa mengikuti perlombaan ini, aku iseng-iseng memasuki ruang musik disana terdapat piano jadi aku mainkan saja ternyata aku masih bisa memainkan piano dengan nada yang indah, disaat aku sedang bermain piano ternyata Airi sedang mengintipku dan sedang asik merasakan indahnya suara piano yang aku mainkan. Karena aku melihatnya Airi aku suruh masuk ke dalam, dan yang aku kaget ternyata Airi seorang violin sejak SD sama seperti aku seorang pianis sejak SD. Airi memintaku untuk mengiringi permainan biola dia dengan permainan pianoku tanpa berpikir panjang aku langsung mengiyakan permintaannya. Lalu, kami berdua mencoba memainkannya secara bersamaan. Sesuai dengan ekspetasiku ternyata alunan musik kami bisa bersatu, dan aku mulai berpikir bagaimana kalo ada perlombaan kita ikut saja? Awalnya Airi tidak mau karena malu karena aku paksa ia menjadi mau. Begitulah ceritanya mengapa aku dan Airi bisa mengikuti lomba ini.
            Dan tidak lama kemudian kami sudah harus tampil, aku dan Airi memasuki panggung. Betapa tegangnya suasana di panggung ini, lalu aku dan Airi  langsung memegang alat musik dan kamipun mulai menampilkan pertunjukan kepada para juri dan penonton. Sekitar 10 menit kami berdua tampil dan akhirnya selesai, para juri dan penonton mulai bersorak dan bertepuk tangan dengan meriah. Sungguh aku merasa senang karena para juri dan penonton menikmati alunan musik kita berdua. Beberapa jam kemudian acara perlombaan selesai dan sekarang akan diberitahukan siapakah pemenang lomba pada tingkat kota ini. Aku dan Airi berpikir tidak mungkin dapat juara karena kami latihan hanya beberapa kali saja, dan pengumuman di laksanakan. Juru berkata “Juara 3 dengan nomor urut 6 yaitu SMA Seito” lalu penonton dan juri yang lainnya memberikan tepuk tangan dengan meriah, Juri mengumumkan lagi “Juara 2 dengan nomor urut 1 yaitu SMA Jakaruta dan ini dia pemenang juara 1 kita dengan nomor urut 3 yaitu SMA Saozuki” penonton dan para juri bertepuk tangan sangat keras. Tanpa sadar kami berdua ternyata nomor urut 3 itu adalah SMA aku dan Airi yaitu Saozuki, Aku dan Airi berteriak dengan bangga dan berpelukan karena saking senangnya bisa juara 1 pada perlombaan tingkat kota ini. Dan aku melihat Soni dan Yuki juga amat senang karena kemenangan kami berdua, setelah selesai menerima piagam penghargaan dan hadiah. Kami memutuskan untuk pergi ke restoran untuk merayakan kemenangan aku dan Airi, karena jarak dari gedung lomba dan restoran tidak jauh kami berjalan kaki untuk pergi ke sana. Sampai di restoran mulailah kami memesan makanan, kami semua memesan menu yang sama, kira-kira menunggu cukup lama kami menunggu. Dan akhirnya makanan kami sudah dibawakan oleh pramusaji, tercium aroma makanannya yang sangat menggoda dan membuatku tidak sabar untuk menyantapnya. Kami sebelum makan membaca doa bersama setelah itu baru makanannya disantap. Aku menghabiskan makananku lebih dulu, dan aku melihat teman-temanku makanannya masih cukup banyak. Setelah makan dan minum rasanya aku ingin pergi ke toilet, aku ijin dulu kepada teman-teman untuk ke toilet sebentar. Dan setelah aku kembali dari toilet, makanan mereka sudah habis tanpa sisa. Dan aku nyeletuk untuk mengajak pulang ke rumah, dan mereka mengiyakan saja. Mungkin karena sudah kekenyangan, kami berpisah di depan restoran. Soni dan Yuki pulang terlebih dulu sedangkan aku menunggu Airi untuk dijemput. Aku bertanya kepada Airi “Airi, rumahmu memangnya jauh dari sekolah ya?” Airi membalas “hhmm ya… lumayan jauh sih, tapi karena udah aturan kedua orang tuaku jadi aku mematuhinya saja” Aku sambil menggaruk-garukan kepala dan bertanya lagi “bagaimana kalo pak supir lagi sibuk? Dan tidak ada yang menjemputmu?” Airi membalas dengan santai “ya… kalo disekolahkan pasti ada kamu Ma, jadi kamu harus antarkan aku untuk sampai ke rumah” Aku terkejut tiba-tiba Airi berkata seperti itu, “kalo aku juga ga ada gimana?” aku bertanya kembali dan Airi menjawab dengan muka-muka pasrah “terpaksa aku nunggu pak supir untuk datang menjemputku, sebentar ya aku telpon pak supir dulu” dan aku menganggukan kepala. Sekitar 1 menit dia menelpon supirnya, dan ia berkata “Souma, maukah kamu mengantarku sampai rumah?” Aku dengan respons yang sangat terkejut menjawab dengan terbata-bata “hee…. Mmeemmangnya kenapa Ri?” Airi menjawab “karena supirku tidak bisa, jadi aku harus pulang sendiri deh, Souma kamu mau kan mengantarkanku pulang? Aku mohon Souma” Aku tidak bisa menolak permintaannya jadi aku mengiyakan saja.
            “Dimana alamatnya Airi? Coba aku liat” aku bertanya pada Airi, dan Airi mengeluarkan hnadphonenya dari saku lalu memberitahu alamatnya kepadaku. Lalu aku langsung saja jalan untuk mengantarkannya karena sudah tidak banyak waktu lagi., sebentar lagi matahari akan tenggelam. Cukup jauh aku dan Airi berjalan, akhirnya sudah terlihat rumahnya Airi. Aku dan Airi mempercepat langkah kaki. Sampai di depan rumahnya aku langsung pulang ke rumah karena hari sudah cukup gelap.
            Singkat cerita aku dan Airi latihan untuk turnamen tingkat provinsi, seperti biasa aku pengiring menggunakan Piano dan Airi yang bermain Biola. Tinggal beberapa hari lagi kami akan mengikuti turnamen tingkat provinsi tersebut. Kami tidak bermalas-malasan. Kami latihan lebih seing dari biasanya, hari sangat cepat dan tibalah waktu turnamen.
            Aku dan Airi mendapatkan nomor urut seperti turnamen tingkat kota yaitu nomor urut 3. Peserta kali ini cukup banyak kira-kira sekitar 30 pasangan. Aku melihat penampilan peserta pertama menurutku penampilannya kurang dipersiapkan karena mereka berdua terkadang tidak seirama. Lanjut peserta nomor 2 tampil, aku dan Airi bersiap-siap untuk naik ke atas panggung. Dan tidak lupa teman-teman sekolahku datang untuk menyaksikan penampilan kami berdua. Tibalah saatnya kami berdua tampil, sungguh jantungku berdetak sangat cepat dan rasa gugup kami rasakan berdua. Mulailah kami berdua beraksi, aku melirik juri dan penonton sangat focus memerhatikan kami berdua. Disaat ingin selesai penampilan kami berdua, tiba-tiba Airi terjatuh dan aku langsung bangkit dari tempat duduk dan menghampiri Airi dan mengangkatnya. Aku langsung berteriak “siapa saja tolong panggilkan ambulans !” dan tidak lama ambulans datang. Airi dibawa ke rumah sakit terdekat, dan orang tua Airi mengikuti ambulans itu untuk melihat bagaimana kondisi anaknya. Aku masih di gedung pertunjukan, aku terdiam sesaat dan berpikir “apakah Airi baik-baik saja?” teman-temanku ada di sebelahku dan mereka berusaha untuk menenangkan diriku yang memiliki perasaan campur aduk seperti panik, tegang, lelah, khawatir. Aku menghela nafas panjang dan mulai menenangkan diriku. Dan teman-temanku mengajak aku untuk datang ke rumah sakit dimana Airi di rawat. Sampai di rumah sakit aku dan teman-temanku langsung pergi ke kamar tempat Airi di rawat, kami mengetahui kamar Airi karena aku sms Ibu Airi dan bertanya dimana Airi di rawat. Sampai di depan kamar ia di rawat kami secara bergantian masuk ke ruangan tersebut. Aku mendapat giliran terakhir, dan teman-temanku berpamit untuk pulang duluan. Aku masuk ke ruangannya aku sungguh senang karena Airi sudah sadar. Dan aku lihat Ibu Airi menangis bahagia karena ia telah sadar, cukup lama ia berbaring dirumah sakit dan akhirnya ia sadar. Aku langsung bertanya kepada Airi “kamu tidak apa-apakan Airi?” “ya aku tidak apa-apa, mungkin karena kelelahan makanya aku seperti ini” dan aku menghela nafas dan mengucapkan “syukurlah, kau tidak apa-apa. Teman-temanmu dan aku sangat khawatir dengan kondisimu” Airi sambil menggelengkan kepala dan berkata “hhhmmm tidak apa-apa kok aku, maaf ya karena membuat kalian khawatir”.
            Cukup lama aku di ruangan Airi, dan aku lihat ke jendela langit sudah gelap. Aku bergegas untuk pulang ke rumah dan berpamitan dengan Airi dan Ibunya. Aku pulang menggunakan kereta, menuju ke stasiun aku berjalan kaki karena tidak terlalu jauh jaraknya. Di perjalanan pulang aku berpikir yang aneh-aneh tentang Airi terjatuh saat kontes, “sepertinya ia tidak mungkin kelelahan saja mana mungkin ia kelelahan sampai jatuh tak sadarkan diri dengan waktu yang cukup lama, mungkin ia memiliki penyakit yang aku tidak ketahui”. seperti itulah aku berpikir. Aku langsung menggeleng-gelengkan kepala bahwa tadi hanyalah perasaan buruku saja. Tiba di rumah, Yuki membuatku kaget karena ia telah merapikan rumahku dan menyiapkan makanan untuku. Aku duduk istirahat sejenak, dan tidak lama kemudian aku mandi. Selesai mandi aku mengajak Yuki untuk makan bersamanya. “Yuki kamu kok bisa masuk ke dalem rumahku?” “ya aku punya duplicat kunci untuk rumahmu Ma” “haduh maaf nih ya aku merepotkanmu kaya gini, oh ya kamu ga sopan masuk kerumah orang secara diam-diam” sambil aku ketuk kepalanya, dan ia berkata “hehe maaf maaf aku kan ingin membuat kejutan untukmu Souma” “ooh gitu hahaha, makasih Yuki kamu baik banget, oh ya masakan mu enak sekali Yuki” “hehe eh makasih ya, sepertinya masakan ku rasanya biasa saja”. Selesai sudah makan aku dan Yuki, aku ingin tidur dan aku menyuruh Yuki untuk pulang ke rumah, Yuki akhirnya pulang ke rumah. Dan aku tidur di kamar dengan perut yang kenyang dan perasaan yang senang.
            Singkat cerita tibalah liburan akhir tahun telah tiba, dimana turnamen tingkat nasional di adakan di musim salju ini. Oh ya disaat turnamen tingkat provinsi waktu lalu kami sebenarnya bisa mendapatkan juara 1 karena kami tidak selesai tampilnya, maka kami tidak juara karena di diskualifikasi tidak bermain sampai waktu yang ditentukan. Aku dan Airi mencoba daftar untuk ikut turnamen tingkat nasional ini, aku cukup terkenal di kota ini. Karena aku memainkan piano sesuai dengan partiturnya dan hampir mendekati sempurna. Hehe jadi sombong nih. Skip skip skip.
            Aku dan Airi sudah mendaftar untuk turnamen tingkat nasional dan kami berdua latihan seperti lebih lama seperti sebelum-sebelumnya. Karena kami tahu tingkat nasional ini tidak main-main dan sangat banyak pesertanya dan banyak juga yang kemampuannya diatas kami. Tapi aku sudah tidak yakin untuk menang untuk mengikuti turnamen kali ini. Seminggu sebelum turnamen aku ingin mengajak keliling kota bersama Airi, tapi pikirku mungkin Airi menolaknya dan ia memilih untuk istirahat di rumah bersama keluarganya. Sekarang aku dan Airi sedang di rumah Airi, Airi memiliki ruangan sendiri untuk bermain biola maupun piano. Kami sedang latihan bersama untuk turnamen tingkat nasional. Diwaktu istirahat latihan aku bertanya kepada Airi, “Airi h-3 sebelum turnamen mau gak kita jalan-jalan dulu biar ga stress?” “wah… kelihatannya asik, aku juga masih belum tahu seperti apa kota ini” “serius kamu mau nih?” “iya aku mau Souma” “oke deh nanti aku kabarin lagi ya” “aku ga sabar jadinya nih hehehe”. Asik Airi mau aku ajak jalan-jalan, kupikir dia menolaknya ternyata ia mau. Aku juga jadi tidak sabar untuk mengajak Airi jalan-jalan dan melihat-lihat kota ini.
            Hari demi hari telah berlalu, waktuku untuk pergi bersama Airi telah datang. Aku dari rumah sudah bersiap dengan rapih dan wangi, aku dan Airi berjanjian di depan stasiun Hokkaido. Lalu aku berangkat ke stasiun Hokkaido, sampai disana aku datang lebih dulu. Tidak lama aku sampai aku melihat Airi dari depan stasiun, ia turun dari mobil sepertinya ia diantar oleh ibunya. Aku terdiam bagaikan patung melihatnya karena saking cantiknnya. “Souma… Souma, oy Souma” “ah iya maaf-maaf” “kamu kenapa Souma? Kok bengong gitu” “eh tidak apa-apa kok” “gimana penampilanku hari ini cocok tidak” “cantik kok sesuai pakaianmu dengan badanmu, dan make up kamu juga bagus kok” “ah kamu berlebihan souma bicaranya, aku jadi malu nih” dengan pipi memerah Airi menjawab, “hehehe maaf kalo berlebihan, tapi emang cocok sekali kok sama kamu dan kamu sangat cantik. Ayo kita mulai jalannya” “ayo…”. Aku mulailah mengajaknya berkeliling kota ini dan memberitahu betapa indahnya kota ini. Aku mulai dengan mengajak ke kebun binatang, lalu ke wahana, dan aku mengajaknya ke tempat inti-inti kota ini seperti pusat pemberlanjaan. Dan ditempat akhir aku mengajak ke taman kota, aku membeli makanan ringan dan minuman untuk kami berdua. Aku dan Airi duduk dibangku taman dan istirahat, tidak terasa waktu hari sudah menjelang sore. Aku sangat lelah hari ini begitu juga dengan Airi. “gimana Airi indah bukan kota ini?” “iya souma banyak sekali tempat-tempat yang bagus untuk dikunjungi” “hehe Cuma itu aja yang aku tau, sepertinya masih banyak lagi yang belum kita lihat-lihat” “tidak apa-apa kok Souma segini saja cukup, aku juga sudah lelah nih”. Sekitar 15 menit kita beristirahat, aku langsung mengajak keliling di area taman. Terlintas di kepalaku, ini sama saja seperti aku berkencan dengan Airi dong? Aku dan Airi saja jalan-jalannya tidak ada lagi teman-temanku yang ikut. Hehehe tidak apalah kesempatan yang sangat menguntungkan buat aku untuk bisa dekat dengan Airi. Tidak lama kami di taman, akhirnya kami berdua berpikiran untuk pulang ke rumah. Karena hari sudah cukup gelap. Aku bertanya kepada Airi “Airi, kamu tidak dijemput oleh Ibumu?” “sepertinya tidak Souma, maukah kamu menemaniku untuk pulang ke rumah?” “ya kalo aku sih mau saja menemanimu untuk pulang ke rumah, apa Ibumu tidak marah nanti?” “sepertinya tidak Souma, kalo marah mana mungkin kamu bisa bermain music denganku di rumah” “oh iya iya hehe, ya sudah kalo kamu tidak keberatan aku antarkan kamu pulang” “terima kasih ya Souma, maaf telah merepotkanmu” “eehh iya tidak apa-apa kok, lagian juga perempuan tidak boleh pulang sendiri kalo waktu sudah menjelang malam”. Aku dan Airi naik Bis, sampai di depan gang. Kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki, tidak lama kami berjalan tiba-tiba Airi sudah ingin terjatuh. Aku langsung reflek menangkap tangannya, aku pegang tangannya ternyata dingin sekali. “Airi mau aku gendong di belakang?” “eh ga usah kok aku masih bisa berjalan” “serius? Tadi kamu hamper terjatuh lho” “iya bener, aku tidak apa-apa kok”. Aku dan Airi berjalan, disaat ingin sampai dirumah tiba-tiba Airi sudah jatuh di pelukanku. Tanpa pikir panjang aku langsung menggendongnya dan lari dengan cepat untuk cepat-cepat sampai di rumah Airi. Sampai dirumah Airi, tanpa basa basi aku langsung meminta ibunya untuk menunjukan dimana kamar Airi. Aku meletakan Airi secara perlahan-lahan ke tempat tidurnya, setelah itu aku langsung meminta maaf kepada Ibunya sambil menundukan kepala. Aku merasa bersalah telah membuat Airi sampai seperti ini. Ibunya langsung memaafkanku, dan aku bertanya. “mengapa tante langsung memaafkan aku? Kenapa aku tidak diomeli tante? Kan aku yang salah karena membuat Airi sampai seperti ini” “Dek Souma, kamu tidak salah kok, tante lupa memberitahumu karena Airi tidak boleh sampai terlalu lelah” “maafkan aku tante maafkan aku” ucapku sekali lagi dalam mulutku dengan pikiran penuh salah. Sekitar 1 jam aku menunggu, akhirnya Airi telah sadar “Airi maafkan aku, aku tidak tau kalo kamu tidak boleh terlalu lelah. Maafkan Aku Airi” dengan penuh harap aku dimaafkan olehnya “heemm tidak apa-apa kok, aku lupa memberitahumu juga, jadi kamu tidak salah” “tidak Airi aku yang salah karena aku terlalu senang” “eh ga kok aku tidak apa-apa, aku juga senang hari ini karena kamu mau menunjukan keindahan kota ini” kata Airi sambil tersenyum “syukurlah kamu senang, tapi maafkan aku yak arena membuat kamu seperti ini. Oh ya aku sekalian mau pamit pulang ya, hari sudah sangat gelap” “kenapa kamu ga nginep disini saja dulu? Memangnya masih ada kendaraan ya?” “masih ada kok, ya sudah aku pamit ya. selamat malam Airi” “eh iya makasih ya Souma telah mampir ke rumahku dan mengantarkanku pulang” dan aku pun keluar dari kamar Airi dan menuju keluar rumah, disaat aku sampai di depan pintu rumah tiba-tiba Ibunya Airi memanggilku “Souma… Souma” “eh ya tante ada apa?” “sini tante anterin pulang, coba kamu lihat sekarang jam berapa. Pasti sudah tidak ada angkutan umum lagi” “yang bener nih tante?” “iya anggap aja sebagai kamu telah mengantarkan Airi ke rumah” “oh baiklah tante”. Aku keluar rumahnya dan menunggu di depan gerbang, tidak lama Ibunya Airi keluar dengan menggunakan mobil. Aku langsung saja masuk kedalamnya. Singkat cerita, akhirnya aku sampai di depan rumahku dan aku mengucapkan terima kasih ke Ibunya Airi karena mengantarkanku untuk pulang kerumah, dan Ibunya Airi membalasnya dengan senyuman dan lambaian tangan. Aku langsung masuk ke dalam rumah dan bergegas untuk tidur.
            2 hari kemudian, tibalah waktu turnamen tersebut. Aku dan Yuki berjalan menuju gedung pertunjukan, sedangkan Airi dengan Ibunya. Sampai disana aku dan Airi daftar ulang, dan mengambil nomor undian. Kami mendapat nomor undian 20 dari 40 peserta. Aku langsung berteriak “eh…. Tidak beruntung kita Airi, nomor undiannya jauh sekali” “hahaha ga apa apa kali, kan kita bisa sama temen-temen dulu untuk mengobrol gitu” “eh iya bener juga, sudah lama kita tidak berkumpul ramai-ramai”. Aku dan teman-temanku akhirnya mengobrol satu sama lain, tidak kerasa kami mengobrol sekarang sudah waktunya istirahat makan siang dan aku lihat peserta selanjutnya nomor urut 19. Aku dan teman-teman mencari penjual makanan atau restoran terdekat untuk makan siang, akhirnya kami menemukan restoran. Kami masuk kedalam dan mencari tempat duduk, aha ketemu dan kami duduk di dekat jendela. Oh ya yang ikut makan disini kami ber empat. Aku, Airi, Yuki dan Soni. Sedangkan teman-teman yang lain makan di tempat lain. Aku lihat Soni dan Yuki semakin dekat saja layaknya pacar. Kami memesan makanan dan minuman yang sama, selesai makan kami bayar. Dan kami kembali ke gedung pertunjukan, aku dan Airi berpisah dengan teman-teman karena kita berdua akan bersiap-siap untuk tampil. Aku dan Airi masuk ke ruangan peserta, dan kita masing-masing berganti kostum untuk penampilan tersebut. Aku dan Airi sudah berganti kostum, akhirnya tibalah waktu kita berdua untuk tampil dihadapan orang-orang banyak. Seperti biasa aku dan Airi memberi salam kepada para juri dan penonton lalu kita berdua ke posisi masing-masing. Aku melihat Airi dan Airi melihatku, dengan kode menganggukan kepala maka kami memulai penampilan kami. Aku memainkan piano dengan semangat, secara tiba-tiba Airi memainkan Biola dengan irama yang cukup cepat akupun tidak mau kalah. Akhirnya kami berdua memainkan dengan penuh semangat tanpa menyadari bahwa kalo sedang mengikuti turnamen. Aku melirik Airi betapa cantiknya dia disaat memainkan biola, dan aku hamper kehilangan konsentrasi langsung kembali focus ke piano. Akhirnya kami berdua selesai menampilkan dengan penuh semangat, dan para juri dan penonton memberi tepuk tangan yang meriah. Disaat itu tiba-tiba Airi terjatuh dan aku yang tadinya dengan perasaan yang senang dan semangat tiba-tiba penuh dengan kekhawatiran. Aku langsung mendekati Airi dan meminta untuk siapa saja untuk memanggil ambulans. Aku berpikir mungkin Airi terlalu bersemangat tadi saat memainkan biola sampai-sampai ia terjatuh. Akhirnya Airi dibawa ke rumah sakit terdekat menggunakan ambulans, acara tersebut ditunda sementara disaat menunggu ambulans untuk membawa Airi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Aku menyusul ke rumah sakit dimana Airi dirawat. Sampai dirumah sakit aku melihat ibunya Airi sedang duduk diruang tunggu. Dan aku langsung menanyakan kabar Airi kepada Ibunya “tante gimana Airi sekarang? Apa baik-baik saja dia?” “dek Souma maafkan tante, tante ga cerita ke kamu. Sebenernya Airi memiliki penyakit Sindrom Guillain-Barre yang dapat melumpuhkan system saraf” “apa tidak bisa disembuhin tante?” “tante tidak tahu, kata dokter bisa sembuh harus di operasi dan kemungkinan berhasil hanya 2%” “yang bener tante? Kecil sekali kemungkinannya untuk berhasil” “iya, eh dek Souma kamu sebenernya suka ya sama anak tante?” aku langsung kaget tiba-tiba ditanya seperti itu dan aku menjawab “ya sebenernya suka tante tapi…” aku belum selesai berbicara Ibunya Airi langsung memotong pembicaraan “habis kenapa? Karena Airi memiliki penyakit ya?” “eh tidak tante, aku belum selesai ngomongnya jgn dipotong dulu dong. Tapi mana mau Airi denganku, aku anak culun disekolah dan terkadang suka dibully dengan teman-teman” “oh gitu dek Souma, tidak gitu kok. Airi cerita ke tante kalo kamu itu orangnya lucu, asik dan pengertian” aku langsung diam saja disaat Ibunya Airi berbicara seperti itu. Langit dari cerah mulai gelap Airi belum sadar juga, dan akhirnya kuputuskan untuk pulang ke rumah dan istirahat dan besok saja untuk menemuinya kembali.
            Esoknya aku ke rumah sakit, ternyata Airi sudah sadar dan aku lihat mukanya sangat pucat. Aku menjenguknya sangat sebentar karena dia baru saja sadar tadi pagi. Aku kembali ke rumah dan membereskan rumahku dan membersihkan pakaianku. Esoknya aku kembali lagi ke rumah sakit, aku ingin berangkat ke rumah sakit. Salju telah turun dari langit, dan aku balik lagi ke rumah untuk mempersiapkan pakaian hangat untukku perjalanan ke rumah sakit. Aku tiba disana siang hari, dan aku melihat Airi sedang di ruang masa rehabilitasi, dan Airi sedang belajar berjalan. Aku menemui ibunya dan bertanya “tante kok Airi tiba-tiba langsung tidak bisa jalan?” dengan perasaan sedih dan khawatir Ibu Airi menjawab “iya dek Souma, kata dokter perkembangan virusnya sangat cepat semenjak Airi tidak sadarkan diri waktu itu” “terus gimana? Bisa sembuh tidak?” “ya seperti yang tante katakan lakukan operasi” “tapi tante itu kemungkinannya sangat kecil” “tidak apa-apa dek Souma, Airi sudah memintanya kok dan ia ingin sekali sembuh dari penyakitnya” “kapan tante kira-kira Airi di operasi?” “besok dek Souma” aku langsung terdiam dan kaget mendengar jawaban dari Ibu Airi. Bahwa besok Airi akan melakukan operasi. Aku mengajak Airi untuk keatas rumah sakit. Dan aku berbicara dengannya, tidak lama aku berbicara karena kata suster Airi tidak boleh lama-lama di ruang terbuka. Sebelum aku dan Airi kembali ke ruangan Airi dirawat, tiba-tiba Airi berdiri dan melakukan pose seperti orang bermain biola. Aku memerhatikannya dengan sangat sedih dan bahagia kalo dia bisa berdiri. Sekitar 5 menit dia melakukan itu, dan Airi hampir terjatuh, dan aku langsung menangkapnya. Aku langsung membawanya ke ruangan ia dirawat. Setelah aku membawa Airi ke ruangan, aku langsung pamit pulang ke rumah.
            Esok di hari operasi aku berangkat ke rumah sakit siang menjelang sore, aku berjalan dengan penuh harap bahwa ia berhasil di operasi dan sembuh, aku ingin sekali menyatakan cinta padanya aku sudah membawakan Bunga dan parsel untuknya. Dan disaat aku sampai di rumah sakit aku berjalan ke ruangan dimana Airi dirawat dan di operasi, dan aku melihat Ibu Airi sedang menangis. Aku langsung bertanya kepada Ibunya Airi “tante kenapa nangis?” “dek Souma Airi… Airi…” Ibu Airi tidak kuat menahan tangisnya sampai-sampai ia tidak bisa berbicara banyak. “kenapa Airi tante?” “Airi sudah tiada di dunia ini dek Souma” aku dengan respon melepaskan bunga dan parsel yang aku genggam di tangan dan seolah-olah aku tidak percaya bahwa Airi telah tiada. “tante aku ingin melihat Airi kedalam apakah boleh?” “nanti dek Souma dokter sedang merapihkan perlengkapan operasi” tidak lama setelah para dokter dan perawat keluar aku dan Ibunya Airi langsung memasuki ruangan tersebut. Dan aku menangis dengan terseduh-seduh saat melihat wajahnya, aku masih tidak percaya kalo Airi sudah meninggal dunia dan aku pasrah seadanya. Dan tiba-tiba Ibu Airi memberikan surat kepadaku “ini dek Souma dari Airi” aku langsung membuka suratnya dan membacanya. Tulisan surat itu berisi
“Halo Souma, maaf ya kalo aku mengkhawatirkan kamu dan teman-teman selama ini, tapi aku sungguh minta maaf kepadamu Souma. Karena kamu orang yang sangat memerhatikanku dan peduli denganku. Aku tahu kalo kamu sedang menangis sekarang :), Souma maafkan aku ya selama ini merepotkanmu, Souma sebenernya aku sangat suka disaat kita berdua bermain piano dan biola bersama dan disaat kamu mengajak aku berkeliling sekolah dan disaat kamu mengajak aku berkililing kota. Aku sangat senang Souma. Sudah-sudah Souma kamu jangan nangis terus kamu laki-laki kan? Kamu pasti kuat kok aku percaya itu. Souma sebenernya aku ini suka dan cinta kepadamu, tapi maaf sekali Souma aku tidak bisa membahagiakanmu aku hanya bisa membuatmu kerepotan dan bersedih terus. Maafkan aku yang tidak pernah jujur dan bilang kepadamu bahwa aku memiliki penyakit seperti ini. Tapi aku berharap kepadamu kamu jangan suka dan cinta kepadaku ya :). Karena aku sudah tiada lagi di dunia ini, kamu bisa mencari mungkin yang hamper sama denganku atau lebih dariku. Souma Aku mengucapkan banyak terima kasih kepadamu, karena kamu sangat baik denganku dan aku tidak lupa untuk berterima kasih untuk teman-teman yang telah mengizinkanku untuk gabung dengan kalian. Souma sekali lagi aku mengucapkan ‘Aku cinta padamu’ Souma jangan sedih lagi yah :), aku berharap kamu bisa menikmati masa-masa hidupmu dan kamu bisa bahagia nantinya.

Airi”
            Aku langsung menangis terseduh-seduh setelah membacanya dan aku memeluk jasadnya Airi dan mengakatan “bodoh Airi, aku juga suka dan cinta kepadamu. Mana mungkin aku tidak mencintaimu? Kamu itu cantik, baik, dan sempurna dimata aku. Airi aku cinta sama kamu, aku harap kamu bisa tenang di akhirat nanti”. Aku tidak tahu harus melakukan apalagi setelah membaca surat itu dan berkata itu di depan jasad Airi dan di depan Ibu Airi. Jadi selama ini yang aku rasakan hanyalah kesenangan dalam kebohonganmu. Dan aku tidak akan melupakan kau Airi, karena enggkaulah yang membuatku semangat dalam melakukan kegiatan apapun.


~Tamat








Ya seperti itulah ceritanya, gimana ? serukan ? oh ya, mohon maaf ya kalo ada kata kata dan kalimat yang kurang jelas nan tidak rapih. Maklum baru pertama kali membuat hehehe

yo sampai jumpa~

0 komentar:

Posting Komentar